Friday, March 29, 2024
Internasional

Musisi gelar malam solidaritas untuk Hong Kong dan Uighur di Ankara

TURKINESIA.NET – ANKARA. Para musisi menggelar malam solidaritas untuk para pengunjuk rasa Hong Kong yang menentang langkah pemerintah melegalkan ekstradisi ke daratan China.

Acara malam musik tersebut diselenggarakan di Kedutaan Taiwan di Ankara pada hari Jum’at [26/07].

Acara bertajuk “Malam Taiwan – Melodi untuk Kebebasan” juga didedikasikan untuk rakyat Turkistan Timur [Uighur].

Sebagaimana dilansir Anadolu Agency Indonesia, pianis populer Kai-yin Huang menampilkan musik klasik dan modern bersama dengan penyanyi Turki Mert Ozdemir.

“Malam Taiwan didedikasikan untuk rakyat tetangga kami, Hong Kong. Kami mengagumi upaya mereka untuk melindungi hak asasi manusia, kebebasan dan demokrasi mereka sendiri,” kata Yaser Tai-hsiang Cheng, kepala Misi Ekonomi dan Budaya Taipei di Ankara.

Sejak awal juli, gelombang protes massal menghantam Hong Kong, daerah otonom di bawah kendali China sejak 1997, untuk menentang pemerintahan Carrie Lam, kepala eksekutif Hong Kong yang mengusulkan amandemen undang-undang ekstradisi.

Jika disahkan, amandemen akan melegalkan ekstradisi para tersangka yang ditahan ke China, Makau dan Taiwan.

Hong Kong dan Makau adalah daerah otonom di bawah pemerintahan China, sementara Taiwan dianggap sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Aksi protes tersebut diwarnai dengan tindak kekerasan dan penganiayaan.

[adinserter block=”1″]

Sejumlah orang ditangkap dan beberapa lainnya melarikan diri ke Taiwan karena takut mengalami penganiayaan atas serangan terhadap gedung Dewan Legislatif Hong Kong dan kantor penghubung pemerintah China.

Pemerintahan Lam membatalkan amandemen tersebut dan menyatakannya “mati”, tetapi RUU belum secara resmi ditarik.

Senin lalu, Taiwan menyerukan diadakannya pemilihan yang demokratis di Hong Kong.

“Sangat sedih melihat aturan hukum terkikis dan kesenjangan antara masyarakat dan pemerintah melebar di #HongKong. Jalan ke depan adalah pemilihan demokratis sejati, bukan kekerasan di jalan-jalan dan stasiun #MTR. Kebebasan dan Hak Asasi Manusia harus dilindungi! JW,” cuit Joseph Wu, menteri luar negeri Taiwan, dalam sebuah tulisan di Twitter.

Yaser menambahkan bahwa acara ini didedikasikan untuk saudara-saudari di Turkistan Timur [Xinjiang] yang ditahan di kamp pendidikan ulang.

Wilayah Xinjiang China adalah rumah bagi sekitar 13 juta warga Uighur, kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuding otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Acara solidaritas itu diselenggarakan bersama dengan Rotary Club of Ankara International.

[adinserter block=”1″]

“Pendidikan adalah suatu keharusan, budaya adalah kebutuhan dan seni tidak bisa dihindari,” kata Mehmet Hakan Karaalioglu, gubernur Rotary Club Ankara.

“Tujuan kami bukan hanya untuk menghubungkan hanya dua negara [dengan acara ini], tetapi acara ini bertujuan untuk menghubungkan seluruh dunia,” tambah dia.

Melodi Kebebasan, dari New York ke Istanbul

Lahir di ibu kota Taiwan, Taipei, Kai-yin Huang meraih beasiswa untuk belajar musik di New York dan mengambil jurusan piano.

Dia adalah alumni Juilliard School of Music dan lulusan master dari Universitas Yale.

Kai-yin meraih gelar doktornya dari Universitas Negeri New York pada 2012 dan mulai bepergian dan mengadakan konser yang berfokus pada minoritas dan komunitas yang tertindas.

“Musik itu sangat subjektif, tetapi saya ingin melakukan sesuatu yang sangat objektif untuk melayani masyarakat,” kata Kai-yin kepada Anadolu Agency di sela-sela acara.

“Jadi, segera setelah PhD saya selesai, saya mulai bepergian ke Timur Tengah dan juga datang ke Turki, tetapi untuk waktu yang singkat,” tambah dia.

[adinserter block=”1″]

Musik tak mengenal bahasa

Kai-yin juga mengekspresikan dukungan untuk orang-orang Hong Kong.

“Saya merasa sedih dengan apa yang dihadapi orang-orang di wilayah itu. Saya mendukung tujuan [anti RUU ekstradisi], tidak ada pertanyaan tentang itu,” ujar dia.

Kai-yin mengatakan dia juga mengadakan konser di Libanon dengan kelompok sesama pemain musik.

“Dan setelah acara hari ini [di Ankara], pada Februari mendatang (2020), kami akan bergandengan tangan dengan sebuah universitas di Istanbul untuk beberapa program yang akan menampilkan sesuatu tentang Turki dan Suriah, dalam bahasa Arab juga, di mana kami mengharapkan kehadiran siswa dan warga dari Suriah dan Lebanon juga, selain Turki,” tutur dia.

Kai-yin berbasis di Taipei, di mana dia memimpin Kairo Arts, sebuah band artistik.

Wanita itu juga berkaitan dengan 88 International, sebuah kelompok seni yang berbasis di New York.

Kai-yin juga tampil di Myanmar.

“Kami melakukan banyak hal untuk orang-orang dari Rakhine. Kami menampilkannya… Budaya mereka berbeda,” kata Kai-yin.

“Banyak konflik berasal dari ketidaktahuan, dengan tidak saling mengenal. Orang-orang mulai menjadi takut, dan budaya lebih besar dari itu,” ungkap seniman Taiwan itu.

[adinserter block=”1″]

Negara bagian Rakhine di Myanmar adalah rumah bagi etnis Rohingya, minoritas teraniaya yang dipaksa keluar dari rumah mereka dan mengungsi ke negara-negara terdekat.

Kai-yin percaya jika orang-orang mulai belajar tentang budaya satu sama lain, terkadang musik bisa jadi jalan masuk terbaik.

“Karena musik tidak membutuhkan banyak bahasa. Jadi begitu kita mulai mengenal satu sama lain, segalanya akan mulai berubah, dan ketika kita mulai membuat musik bersama, sulit untuk saling membenci,” tambah dia.

Sementara itu, penyanyi Turki Mert Ozdemir mengatakan acara itu adalah kolaborasi pertamanya dengan pemimpin Kai-yin.

“Kami mengharapkan lebih banyak acara seperti itu di masa depan,” ujar dia.

Sumber: Anadolu Agency Indonesia

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d